Setelah menikah pada 2012 Siti Sholekah Sariningsih sempat
mengontrak selama dua tahun. Saat itu, dia masih menikmati hidup tanpa terpikir
untuk memiliki rumah sendiri. Tetapi, setelah lahir anak pertama pada 2013,
baru terasa bahwa dia membutuhkan rumah sendiri yang bisa mendukung
perkembangan anak.
Sama dengan kebanyakan orang, pada awalnya wanita yang akrab
dipanggil Sari ini berfikir untuk membeli rumah secara kredit, tetapi saat itu
hanya punya uang tunai sebesar Rp 20 juta. Jumlah tersebut tidak cukup untuk
sekadar membayar uang muka, juga kurang untuk memulai sebuah usaha.
Kemudian, dia pun belajar dari saudara suaminya yang sudah
berbisnis properti sejak lama. Atas sarannya, uang sebesar Rp 20 juta tersebut
dibelikan tanah seluas 120 meter persegi di daerah Serpong, Tangerang Selatan,
yang rencananya akan digunakan untuk membangun empat rumah petak.
Tanah tersebut sempat menganggur selama setahun, setelah
mengumpulkan modal tambahan untuk pembangunan hingga menjual emas kawin,
akhirnya Sari bisa membangun satu rumah petak yang akan dikontrakan dengan
biaya pembangunan sekitar Rp 30 juta. Ternyata rumah petak yang berdiri di atas
lahan 30 meter persegi tersebut terjual sebulan setelah dibangun, dengan harga Rp
55 juta.
Uang sebesar Rp 55 juta tersebut kemudian digunakan lagi
untuk membangun dua rumah petak lainnya. Tak berbeda dengan rumah petak
pertamanya, dua rumah baru yang dia bangun juga laku dalam waktu yang singkat.
Sari bisa mengantongi uang sebesar Rp 125 juta.
Uang tersebut pun dia gunakan lagi untuk membeli tanah
seluas 65 m² di kawasan Bintaro. Untuk membangun rumah di tanah tersebut, Sari
masih memiliki satu rumah petak yang rencananya akan dijual dan dijadikan modal
membangun rumah di Bintaro.
Dari pergulatannya di bisnis jual-beli properti tersebut,
akhirnya ibu satu anak ini bisa membeli rumah sendiri tanpa harus mengambil
cicilan rumah di bank. Setelah dua tahun terjun di bisnis ini, dia pun
mendapatkan banyak ilmu dan masukan terkait bisnis properti, termasuk strategi
untuk mendapatkan modal.
Saat ini, sari sudahterjun menjadi salah satu pebisnis
properti di Tangerang. Ia banyak melakukan penawaran kerja sama dengan investor
dan developer untuk membangun beberapa peruamahan yang kemudian dipasarkan ke
masyarakat.
Sari mengilustrasikan tentang modal dan keutungan bisnis
propertinya:
Ilustrasi: Untuk membangun satu rumah di Tangerang dengan
luas tanah 65 meter persegi dan bangunan type 45, asumsi harga tanah Rp2,5 juta
per meter persegi dan bangunan rumah Rp2,5 juta per meter persegi.
Ilustrasi: Untuk membangun satu rumah di Tangerang dengan luas tanah 65 meter persegi dan bangunan type 45, asumsi harga tanah Rp2,5 juta per meter persegi dan bangunan rumah Rp2,5 juta per meter persegi.
- Modal tanah: Rp165,5 juta
- Modal bangunan: Rp112,5 juta
- Biaya administrasi: Rp5 juta
- Biaya cadangan: Rp10 juta
- Biaya marketing: Rp1 juta
- Total: Rp291 juta
Harga jual rumah tipe 45 di daerah Tangerang sekitar Rp500 juta, bisa dipakai sebagai asumsi harga jual.
- Harga jual : Rp500 juta
- Harga pokok : Rp291 juta
- Laba kotor : Rp209 juta
- Pajak 5 % : Rp25 juta
- Komisi marketing 2,5 % : Rp12,5 juta
- Laba bersih : Rp171,5 juta.
Seperti itu kisah inspiratif dari sang wanita penggiat bisnis properti di Tangerang, Ada yang ingin mengikuti jejaknya?
advertisement
0 comments:
Post a Comment